CHAPTER 370: SEKALI LAGI TENTANG HIDUP
Tiba-tiba ayah ingin bercerita tentang sosok atasannya kali ini. Karakternya berbeda dengan atasan-atasan ayah sebelumnya.
Ya, ini bukan soal karakter bagus dan buruk. Itu bukan otoritas ttau kewenangan ayah untuk menilai.
Ayah lebih suka menyebutnya unik dan merupakan pengalaman pertama kali dalam hal pekerjaaan, karena sekitar 90-95 persen komunikasi dari ayah berjalan satu arah dan tidak direspon olehnya. Sempat beberapa kali ayah berpikir, mungkin ayah memang sudah jelang masuk kategori kadaluarsa dari ekspektasi sistem kerja modern saat ini yang dia butuhkan.
Namun, jika ayah berinteraksi dengan orang-orang lain, untungnya asumsi ayah itu tentang diri sendiri gak sepenuhnya betul. Masih ada kok beberapa yang berkomentar masih ada hal yang bisa ayah lakukan cukup baik dan update.
Situasi kali ini beberapa kali ayah katakan seperti dipaksa untuk mencari kepingan-kepingan puzzle untuk mengisi bagan rangkaian sebuah skema kerja. Uniknya skema kerjanya pun acapkali sporadis, bukan melalui sebuah skema perencanaan yang coba disusun secara rapi.
Ini kali pertama ayah kerja dengan orang-orang sekampung di tataran profesional, dan lokasinya justru di bekas ibukota negara ini. Jujur ayah belum tahu apakah ibukota sudah sepenuhnya pindah atau masih dalam corat-coret di atas kertas.
Pergulatan mengenai relasi dengan atasan itu menurut ayah tensinya sudah menurun mengusik benak ayah sejak 2 bulan lalu setidaknya. Kini ayah sudah makin terbiasa dengan situasinya. Ya, ini kali pertama ayah juga kerja, dimana skema kerja untuk diri sendiri ayah yang lebih banyak tentukan. Bukan dari penugasan atasan. Selama kerja sekitar sembilan bulan terakhir ini bisa dibilang hanya sekitar 10-15% saja yang berdasarkan perintah atasan. Itupun belum ada yang menantang dan menguji kemampuan. Asumsi ayah mungkin baru sekitar 10-15% saja dari kemampuan dan energi yang ayah keluarkan ke setiap penugasan.
Makanya, ayah lebih suka mencari celah-celah agar kreativitas, energi, dan rasa kepercayaan diri tidak mati terpasung sebelum waktunya. Ya, ada sebuah petikan berkata di sosial media, "Dunia itu benci dan berlaku kejam dengan laki-laki miskin."
Petikan kalimat seperti itu secara esensi sudah ayah sadari sejak lama, makanya ayah menolak menyerah. Meski usia berjalan makin menua, ayah masih berusaha untuk belajar dan beradaptasi dengan hal-hal baru. Tidak semata sebatas teori, namun ayah berusaha kerjakan.
Setahun lalu ayah belajar membuat editing video dengan bantun aplikasi Adobe After Effect, kali ini ayah belajar membuat website. Ya, zaman terus berubah dan berkembang pesat. Banyak orang-orang kini semakin terpinggirkan oleh kemampuan kecerdasan buatan tugas kerjanya. Di samping itu tekanan ekonomi juga semakin gak baik-baik saja di luar saja, pun demikian dengan soal keamanan di lingkungan sosial.
Ayah hanya berusaha tetap mempercayai hal-hal yang sederhana, lakukan dan kerjakan sebaik-baiknya kesempatan yang ada, tidak perlu dipaksakan dan dipikirkan demikian berat situasi yang ada dan berjalan, jalani saja. Percaya dan lakukan perintah-perintah wajib dari Tuhan soal Sholah 5 waktu dan berusaha terusa jadi orang baik.
Itu saja dulu..
-
Bogor, 16 Maret 2025
16:47 WIB
Komentar
Posting Komentar