CHAPTER 379: HENING

Nak, waktu nulis ini Kamis pagi 3 Juli 2025, ayah mulai menyadari jika merespon sesuatu hal itu juga perlu energi. Jika tidak siap atau energinya lagi gak cukup mendingan hening atau abstain dulu. Daripada melahirkan respon yang kurang prima. 

Kemarin seorang kawan baru ayah, dia OB di tempat ayah kerja sekarang. Dia cerita lagi menghadapi dilema hubungan dengan tiga anaknya yang kini ikut dengan mantan istrinya. Anak sulungnya yang umur 9 tahun katanya sudah terlanjur membencinya, karena dihasut oleh ibunya. Sementara dua adiknya katanya rindu sebenarnya pada ayahnya, tapi gak bisa berbuat apa-apa. 

Kawan itu dilema karena gak bisa juga bawa anak-anaknya tinggal bersamanya. Pasalnya, istri barunya ada aturan jika mereka gak boleh bawa anak-anaknya masing dari rumah tangga dulu ke kehidupan keluarga baru mereka. 

Ayah hanya bisa mendengarkan cerita kawan itu, tanpa bisa meresponnya. Ia bercerita panjang lebar sambil menunggu hujan reda di luar warung bubur ayam itu. Ayah lagi gak punya energi untuk merespon, jadi ayah cuma bisa traktir bubur ayam dan sate ampela, karena masih adalah sedikit rezeki lebih untuk berbagi. Apalagi kata kawan ayah itu, ia terlambat gajian, mestinya tanggal 1 namun sampai kemarin tanggal 2 belum masuk juga gajinya. 

Di tempat kerja juga, kemarin seorang SA (Service Advisor) agak mengeluh karena belum ada perbaikan sistem untuk mengurangi komplen dari pelangggan. Katanya, skema untuk menangani keluhan konsumen masih berjalan di tempat alias sama dengan sebelum-sebelumnya. 

Di dalam diri ayah, sebenarnya ada niatan untuk memberi respon dan masukan. Tapi, ternyata kapasitas energi ayah lagi kurang baik. Kemarin sore salah satu buktinya dihajar habis-habisan main tenis meja di tempat kerja. Gak papa sih sebenarnya, ayah sudah semakin terbiasa merasakan kekalahan. Lagipula terpenting saat ini bisa bertahan dan sehat. 

Gemuruh, ada kelelahan psikologis sih sepertinya yang terjadi di dalam diri ayah. Tapi kan hidup harus bisa terus berjalan, sebisa mungkin setenangnya. Hidup boleh terasa agak melelahkan, tapi sebisa mungkin ayah efisienkan energi yang ada agar bisa terus melangkah. 

Kalian baik-baik saja untuk terus memotivasi diri, mengembangkan kemampuan. Untuk sementara ini, ayah cuma bisa doakan yang terbaik semoga terjadi pada diri kalian, sekarang dan ke depan, Aamiiin. 


Pejaten, 3 Juli 2025; 09:31 WIB 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 372: RASA MALU DIKALAHKAN OLEH RASA BUTUH

CHAPTER 344: NELANGSA, BERSYUKUR, JALANI, HADAPI!

CHAPTER 183: PENGALAMAN LARI PERTAMA KALI DI ATAS DUA JAM