CHAPTER 381: KEMUNDURAN ATAU JALAN DI TEMPAT?

Entah apa yang sebenarnya terjadi pada bangsa ini, kemunduran atau jalan di tempat? Baru saja kemarin 12 Juli 2025, ada seorang anggota parlemen yang menyangsikan jika SDM bangsa ini yang kurang kompoten untuk diserap oleh ruang kerja.

Terlalu banyak pernyataan-pernyataan blunder dari orang-orang yang duduk di kekuasaan. Mereka benar ada di puncak, tapi responnya hanya menyentuh ujung ranting-ranting kehidupan. Jadi jangan ke akar masalah, ke batang pun gak sampai cara pandangnya. 

Itu sebenarnya representasi dari kesekian blunder pernyataan dan cara pandang dari pejabat-pejabat lainya. 

Cara menilai kualitas negeri ini untuk membantah framing IQ rata-rata 78 dapat diasumsikan memang lemah. Kalaupun ada yang dapat melonjak, rasanya lebih kepada individu-individu anomali dan bukan representasi karakter bangsa. Setidaknya itu yang mencuat ke permukaan. Meski, harus juga diakui yang mencuat ke permukaan itu memang belum tentu mayoritas. 

Semisal soal ujung ranting cara pandang adalah polemik soal ijazah palsu yang berkepanjangan. Andai kata orang-orang yang mencuat ke permukaan cerdas dan jeli, yang patut dihukum jika persoalan ini adalah benar adanya adalah semua lapisan tim screening mulai dari tingkat kota, provinsi ibu kota kala itu, dan juga level negara yang meloloskannya ke kursi kontestasi. 

Betapa tolol dan dungunya mereka, jika kemampuan mereka screening ijazah palsu tidak dapat dilakukan sesuai prosedur yang berlaku. 

Tapi sorak-sorai dan riuh hanya sampai di ujung ranting. Jangan sampai orang-orang yang berpolemik di permukaan inilah yang dulu disurvei soal IQ rata-rata 78. Alamak, data menunjukkan IQ 78 itu masuk kategori keterbelakangan mental. Pantas saja, jika cara pandang, tutur kata, dan sikapnya acap kali blunder. Ironisnya, kabarnya IQ orang utan dapat mencapai 90. Jangan-jangan di masa depan, ada teknologi yang bisa membuat orang utan bisa bicara bahasa manusia dan mereka mentertawai manusia-manusia negeri ini.

Sistem formil yang berlaku di negeri ini memang sudah sedemikian rusak dan transaksional, karakter orang-orang di dalamnya pun demikian. Dan rasanya, mereka memang yang kemungkinan besar menjadi objek survei IQ 78 itu.

Jadi berharap pada mereka tentu adalah kesalahan fatal dari rakyat negeri ini. Daripada menggerutu dan merutuki mereka, yang dapat masyarakat lakukan adalah berusaha jalan terus sebaik-baiknya. Andalkan diri sendiri melalui doa dan usaha. 

Ya kita tidak dapat mengandalkan pada penyelenggara ataupun intelektual-intelektual oportunis yang menjadi penjaja retorika. 

-

Bogor, 13 Juli 2025  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 384: PERAYAAN 18 TAHUN PERNIKAHAN

CHAPTER 172: TERIMA KASIH KURSI LAMA - SELAMAT DATANG KURSI BARU

CHAPTER 167: NGERAYAIN TAHUN BARU 2022 PADA NGAPAIN?