CHAPTER 348: MAAF!
Jumat sore, 17 Mei 2024, akhirnya hati kecilku berkata dengan lumayan jernih, "Jangan kembali ke pool, itu sama saja menjalani kebodohan yang berulang! Itu bukanlah ikhtiar, lebih kepada menjalani keputusasaan lebih dalam."
Bukahkan hidup adalah titipan dan sementara, biar bagaimana akan berakhir jua?! Jika merasa tidak sanggup lagi, memang terasa manusiawi untuk menyerah. Biar Tuhan yang mengambil alih takdir nasib di sisa hidup ke depan.
Pelosok negeri ini, ataupun di luar negeri sana, saat ini keadaan makin tidak baik-baik saja. Makin banyak anak putus sekolah di negeri ini, begitu kata Badan Pusat Statistik yang diulas situs Kompas pada Jumat 17 Mei 2024.
Sementara Dirjen Dikti malah mengeluarkan statement jika kuliah tidak wajib. Lantas, harus ngapain tamatan SMA setelah lulus, Bu Dirjen?!
Tapi sudahlah, mengulik kebijakan pemerintah sudah semakin tidak menggugah seleraku. Alur hidupku sendiri dalam sembilan bulan terakhir ini setidaknya sudah sangat meliuk-liuk, menguras energi, dan sangat menguji mental serta titik kesabaran tertinggi. Jadi, alih-alih memikirkan hal di atas sana terasa sangat berlebihan.
Tadi sore, kupikir mental Bu Yon jauh lebih baik dibanding aku. Dia masih bisa menjalani perannya di saat kondisi jatuh seperti ini, sementara aku sudah tersengal-sengal, dan sore ini kuputuskan menyerah. Kuikhlaskan saja takdir ke depan pada Pemiliknya langsung.
Hati dan pikiranku pun jadi lebih tenang, lebih mengalir.
Ya, aku tentu saja masih berhutang banyak pada Bu Yon dan anak-anak. Semoga aku masih punya kekuatan dan waktu menyelesaikannya. Jika tidak, maafkan aku...
Maafkan aku...
Komentar
Posting Komentar