Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2025

CHAPTER 368: CATATAN DI AWAL RAMADHAN TAHUN 2025

Gambar
Hari ini Sabtu 1 Maret 2025 merupakan hari pertama Ramadhan di tahun ini, nak. Banyak gejolak yang terjadi di negeri ini, termasuk dua badai besar soal korupsi dan PHK. Korupsi Pertamina senilai lebih dari Rp 1 kuadriliun yang terkuak di akhir Februari 2025 kabarnya menjadi korupsi dengan nilai terbesar sejarah republik ini. Diperburuk lagi dengan kabar nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat saat ini kabarnya jadi yang terburuk sepanjang sejarah juga, Rp 16.575/US$.  Kabar buruk belum lagi usai sampai di situ untuk negeri ini, karena badai PHK masih berlanjut. Sritex yang merupakan salah satu perusahaan tekstil terbesar di negeri ini juga telah mengumumkan tutup per 1 Maret 2025 ini, dan ada lebih dari 10 ribu karyawan yang jadi korban PHK di sana. Belum berhenti sampai di situ soal PHK, karena saat ini juga dari info pemberitaan media online ada 5 lima pabrik di wilayah Jawa Barat saja dan lebih dari 3.200 karyawan dirumahkan.  Tapi soal ketangguhan rakyat negeri ...

CHAPTER 367: PERJUANGAN RAKDJAT KETJIL

Gambar
Kuberitahu sesuatu anak-anakku, jikalau kalian hanya ingin jadi rakyat kecil atau kelas menengah sekalipun, mending keluar negerilah seperti sudah ayah sampaikan di surat sebelumnya.  Tahukah kalian baru saja ayah baca di salah satu akun instagram pada Selasa 25 Februari 2025, kalau program makan gratis butuh biaya 25 triliun per bulan?! Andai saja budget sebesar itu dikonversi jadi investasi membuka lapangan kerja tentu jauh lebih signifikan pada kondisi bangsa ini yang tengah mengalami situasi bonus demografi. Tekanan yang tentu tidak mudah tentu bagi para orang tua di negeri ini. Alih-alih ada angin segar, pak presiden malah mengeluarkan PP no. 6 tahun 2025 yang mengatur tentang korban PHK mendapat pesangon 60% upah selama 6 bulan.  Di tengah situasi kurang enak di dalam negeri itu, ayah alhamdulillah masih punya pekerjaan meskipun besaran upahnya ternyata belum mencukupi biaya kebutuhan keluarga kecil kita di rumah. Hal ini tentu jadi pemikiran ayah juga, termasuk bagaiman...

CHAPTER 366: APA YANG KAU HARAP DARI NEGERI INI?!

Gambar
Sadar diri usiaku tidak lagi muda, tapi tetap harus tetap berjalan karena ada tanggung jawab pada kalian. Ya, sampai saat ini ayah masih menyadari kalian ada di sini di bumi manusia karena ada faktor ayah juga. Bukan tidak percaya takdir dan Tuhan, tapi memang sesungguhnya ada yah menyadari ada faktor ayah yang menyebabkan kalian di sini.  Sampai di sini, ayah berpikir dalam beberapa hari terakhir di tengah isu gempita tagar Indonesia Gelap dan Kabur Aja Dulu.  Tahukah kamu kata lord luhut, jika di luar negeri kalian tidak akan bisa jadi warga kelas 1, tapi di Indonesia kalian bisa. Seolah si lord lupa atau pura-pura lupa jika 68% tanah di negeri ini hanya dikuasai oleh 1% kelompok pengusaha, atau hanya 1% penduduk negeri ini yang punya tabungan di atas 100 juta rupiah dan hanya 0,1% penduduk negeri ini yang punya tabungan di atas 1 miliar rupiah.  Ya, apa yang ayah sampaikan ini berdasarkan data di internet pada saat tulisan ini dibuat 22 Februari 2025. Datanya sih meman...

CHAPTER 365: GAGAP

Gambar
Selesai membaca kembali "Nyanyi Sunyi Seorang Bisu" kemarin Minggu 16 Februari 2025, aku setidaknya merasa agak beruntung dibanding pak Pram.  Setidaknya hingga kini, aku hanya nyaris diceraikan istri. Belum pernah diusir, belum pernah dicakar, mudah-mudahan tidak akan pernah selamanya, karena aku berharap aku dan bini masih bisa bersama di kehidupan berikutnya.  Aku juga merasa lebih beruntung soal beragama. Meski jauh dari lingkup religius, namun aku percaya Allah itu ada dan mengasihiku, memberkahiku dalam banyak kesempatan. Meski di banyak waktu, Allah juga menempaku, membantingku sedemikian rupa, hingga aku sempat merasa berada di titik terbawah dan di jalan buntu. Tapi Allah sekali lagi selalu Maha Baik, dikeluarkannya aku dari situasi pelit dan sulit itu dalam waktu sebentar saja.  Di dua hal itu, aku merasa masih lebih beruntung dibanding pak Pram.  Tapi aku sepakat pada pandangannya jika pemangku kekuasaan negeri ini selalu gagap dan tidak siap menjadi pemim...

CHAPTER 364: MANUSIA BIASA

Gambar
Tepat 1 Februari 2025, untuk pertama kalinya dalam hidup aku tumbang dan harus menjadi pasien rawat inap di rumah sakit.  Hasil pengecekan medis, aku didiagnosa tipes. Widalku didiagnosa mencapai 1/360, sementara normalnya 1/80.  Ya, parah memang.  Ternyata, pada akhirnya aku harus tunduk pada suratan alam, jika aku tetaplah seorang manusia biasa yang bisa tumbang karena sakit. Padahal selama ini, tubuhku seperti bisa nyetel dengan tujuan pemikiranku sebagai jiwa betta' yang abadi.  Terpatahkan juga premis istriku, "Ayah mah gak pernah sakit, paling masuk angin doang." Akhirnya merasakan bagaimana jarum infus harus dipaksa masuk ke dalam salah satu urat tangan kananku selama 4 hari 3 malam.  Ada beberapa momen aku berasa sendiri di ruang kamar kelas 1 di RS Citama, sebuah rumah sakit pinggiran tempatku dirawat. Bergulat dengan diri sendiri, bertanya apa yang sudah dilewati, berpikir bagaimana langkah selanjutnya setelah keluar dari rumah sakit nanti.  Ada m...

CHAPTER 363: AKU KEHILANGAN RASA KEGEMBIRAAN

Gambar
Rasanya sesak, tapi aku berusaha untuk tegar. Menjalani sebisanya, sekuatnya.. Ya, terasa nyaris tenggelam. Ketinggian sudah sampai di leher.  Tidak kupikirkan dalam lagi sekitar dua tiga bulan terakhir, jalani setenang mungkin, tidak banyak berpikir.  Namun, diri tidak bisa dibohongi. Aku kehilangan satu hal fundamental dalam waktu beberapa belakangan ini, aku kehilangan rasa kegembiraanku.  Menjalani tanggung jawab dan peran sebagai orang tua, sebagai suami sebaik-baiknya, sekuat-kuatnya.  Rutinitas bekerja harus tetap disyukuri sebagai nikmat, di tengah kondisi sosial ekonomi masyarakat sekarang ini. Bisa bekerja dan berpenghasilan, meski tidak banyak hasil yang bisa dibawa pulang dari upah, tetap adalah berkah dan nikmat tidak terkira.  Ya, mungkin memang manusia adalah mahluk yang tidak bisa puas, karena pada faktanya yang kualami prosesnya tidak berhenti sampai di situ.  Dialektika di dalam diri masih terus terjadi. Aku menjalani pekerjaan dalam situa...