CHAPTER 364: MANUSIA BIASA
Tepat 1 Februari 2025, untuk pertama kalinya dalam hidup aku tumbang dan harus menjadi pasien rawat inap di rumah sakit.
Hasil pengecekan medis, aku didiagnosa tipes. Widalku didiagnosa mencapai 1/360, sementara normalnya 1/80.
Ya, parah memang.
Ternyata, pada akhirnya aku harus tunduk pada suratan alam, jika aku tetaplah seorang manusia biasa yang bisa tumbang karena sakit. Padahal selama ini, tubuhku seperti bisa nyetel dengan tujuan pemikiranku sebagai jiwa betta' yang abadi.
Terpatahkan juga premis istriku, "Ayah mah gak pernah sakit, paling masuk angin doang."
Akhirnya merasakan bagaimana jarum infus harus dipaksa masuk ke dalam salah satu urat tangan kananku selama 4 hari 3 malam.
Ada beberapa momen aku berasa sendiri di ruang kamar kelas 1 di RS Citama, sebuah rumah sakit pinggiran tempatku dirawat. Bergulat dengan diri sendiri, bertanya apa yang sudah dilewati, berpikir bagaimana langkah selanjutnya setelah keluar dari rumah sakit nanti.
Ada momen dimana aku barus mengangkat tiang infus itu untuk ke kamar mandi, baik untuk buang air besar ataupun air kecil. Kulakukan sendiri, aku bilang ke ibu dan istriku, biarkan aku tetap jadi orang yang mandiri.
Ya, selama di rumah sakit aku tidak pernah mandi. Lagipula AC kamar sudah dingin, meski sesekali ada satu dua ekor nyamuk kecil yang menemani.
Selama dirawat, mataku ternyata tidak cukup kuat untuk diajak membaca buku pak Pram, sementara aku tidak begitu suka nonton siaran tivi sejak lama, ataupun sebisa mungkin mengurangi interaksi dengan smartphone.
Makanya lebih banyak berbaring saja, sambil melihat tetesan air infus yang turun dari tempat plastiknya masuk ke tubuhku. Kalau sore biasanya diganti dengan cairan anti biotik yang habis kurang dari setengah jam, lalu kembali ke cairan di tempat plastik itu. Kata seorang perawat, gunanya untuk membantu kebutuhan cairan tubuh tetap terjaga, karena pasien biasanya kurang minum air putih.
Aku sempat berpikir apakah ini memang karena bakteri seperti info di Google, ataukah karena tubuhku yang memang sudah semakin selektif dalam konsumsi makanan imbas pola intermittent fasting sejak November 2023 dan kebiasanku lari pagi sebelum berangkat kerja serta di akhir pekan?!
Pada akhirnya, aku kembali kepada pemikiran bahwa akan selalu ada konsekuensi dari pilihan sikap hidup yang diambil oleh setiap manusia. Ya, aku memang makin kurus, tapi hasil cek medis, mayoritas struktur tubuhku termasuk hasil pengecekan darah dan jantung, aku dinyatakan sehat.
Keluar dari rumah sakit sih, aku sudah komitmen untuk mengurangi durasi intermittent fasting dari 20 jam jadi ke 18 jam saja. Alasannya agar tubuhku bisa tetap dapat nutrisi dan protein dengan durasi waktu yang lebih panjang.
Selebihnya, belum ada rencana baru lagi selain tetap melanjutkan hidup dan prosesnya. Semoga segala sesuatunya berjalan lebih baik hingga di penghujung masa hidup nanti.
Komentar
Posting Komentar