CHAPTER 367: PERJUANGAN RAKDJAT KETJIL

Kuberitahu sesuatu anak-anakku, jikalau kalian hanya ingin jadi rakyat kecil atau kelas menengah sekalipun, mending keluar negerilah seperti sudah ayah sampaikan di surat sebelumnya. 

Tahukah kalian baru saja ayah baca di salah satu akun instagram pada Selasa 25 Februari 2025, kalau program makan gratis butuh biaya 25 triliun per bulan?! Andai saja budget sebesar itu dikonversi jadi investasi membuka lapangan kerja tentu jauh lebih signifikan pada kondisi bangsa ini yang tengah mengalami situasi bonus demografi.

Tekanan yang tentu tidak mudah tentu bagi para orang tua di negeri ini. Alih-alih ada angin segar, pak presiden malah mengeluarkan PP no. 6 tahun 2025 yang mengatur tentang korban PHK mendapat pesangon 60% upah selama 6 bulan. 

Di tengah situasi kurang enak di dalam negeri itu, ayah alhamdulillah masih punya pekerjaan meskipun besaran upahnya ternyata belum mencukupi biaya kebutuhan keluarga kecil kita di rumah. Hal ini tentu jadi pemikiran ayah juga, termasuk bagaimana cara menemukan sumber pendapatan lain atau baru sekalipun. Kepikiran juga untuk bisa jadi buruh di Australia, tapi belum tahu jalannya. 

Kini, setiap hari ayah masih berjibaku di KRL dan Busway setiap hari kerja. Soal di KRL, ya benar pendapat banyak orang di dalamnya sudah tidak manusiawi ketika di jam pergi dan berangkat kerja. Kereta sesak walaupun di gerbong yang 12 sekalipun. Desak-desakan, himpitan-himpitan, adu kuat pasang kuda-kuda, ataupun sesekali kepala kena toyor penumpang lain adalah "makanan: sehari-hari. 

Untung sekarang perjalanan pergi dan pulang kerja ayah mundur tiga stasiun. Biasanya turun di stasiun Cawang dan mesti jalan naik lagi cukup jauh ke akses LRT, kini ayah hanya perlu turun di stasiun Pasar Minggu lalu lanjut menunggu Busway 6U di depan Robinson Pasar Minggu. 

Jujur, akhir-akhir ini ayah merasa stuck, meskipun situasi ini masih lebih baik dibanding situasi sebelumnya di awal tahun lalu. Sering kali ayah sudah merasa habis dan sekadar menjalankan rutinitas yang minim harapan lagi untuk maju. Tapi ayah ingat kalian, khususnya si Tee yang baru mau 4 tahun, jadi ayah harus tetap kuat. 

Kemarin ayah sempat baca sebuah petikan kalimat religius, katanya, "Tak usahlah kau khawatirkan rezekimu di masa depan, toh Tuhan pun telah menyelesaikan rezekimu di hari-hari kemarin." 

Ada benarnya juga. Ok, segitu saja dulu. Ini ayah tulis di sela-sela jam kerja sebenarnya, tapi karena belum tahu apa yang mesti dikerjakan lagi, makanya ayah tulis ini. Ya, ini pertama kali ayah kerja, dimana sekitar 80 - 95% kerjaan ayah mesti pikir dan buat sendiri. Terkesan hebat sesaat, namun justru jadi beban pikiran setelahnya..

-

Jakarta, 25 Februari 2025


Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 372: RASA MALU DIKALAHKAN OLEH RASA BUTUH

CHAPTER 183: PENGALAMAN LARI PERTAMA KALI DI ATAS DUA JAM

CHAPTER 344: NELANGSA, BERSYUKUR, JALANI, HADAPI!